Sunday, August 1, 2010

Keutamaan Menghafal Al Quran.

Banyak hadith Rasulullah SAW yang mendorong untuk menghafal al-Quran, atau membacanya di luar kepala, sehingga hati seorang individu Muslim tidak kosong dari sesuatu bahagian dari kitab Allah SWT.


Sepertiman dalam hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas secara marfu`:


“Orang yang tidak mempunyai hapalan Al Quran sedikitpun adalah seperti rumah kumuh yang mauh runtuh”.


Dan Rasulullah SAW memberikan penghormatan kepada orang-orang yang mempunyai keahlian dalam membaca al-Quran dan menghafalnya, memberitahukan kedudukan mereka, serta mendahulukan mereka dibandingkan orang lain.


Dari Abi Hurairah r.a. ia berkata: Rasulullah SAW mengutus satu utusan yang terdiri dari beberapa orang. Kemudian Rasulullah SAW menguji kemampuan membaca dan hafalan al-Quran mereka: setiap laki-laki dari mereka ditanyakan sejauh mana hafalan al-Qurannya. Kemudian seseorang yang paling muda ditanya oleh Rasulullah SAW : “Berapa banyak ayat al-Quran yang telah engkau hafal, hai fulan?” ia menjawab: aku telah hafal surah ini dan surah ini, serta surah al- Baqarah. Rasulullah SAW kembali bertanya: “Apakah engkau hafal surah al- Baqarah?” Ia menjawab: Betul. Rasulullah SAW bersabda: “Pergilah, dan engkau menjadi ketua rombongan itu!”. Salah seorang dari kalangan mereka yang terhormat berkata: Demi Allah, aku tidak mempelajari dan menghafal surah al- Baqarah semata kerana aku takut tidak dapat menjalankan isinya. Mendengar komentar itu, Rasulullah SAW bersabda: “Pelajarilah al-Quran dan bacalah, kerana perumpamaan orang yang mempelajari al-Quran dan membacanya, adalah seperti tempat bekal perjalanan yang diisi dengan minyak wangi, wanginya menyebar ke mana-mana. Sementara orang yang mempelajarinya kemudia ia tidur –dan dalam dirinya terdapat hafalan al-Quran adalah seperti tempat bekal perjalanan yang disambungkan dengan minyak wangi”.


Jika tadi kedudukan pada saat hidup, maka saat matipun, Rasulullah SAW mendahulukan orang yang menghafal lebih banyak dari yang lainnya dalam kuburnya, seperti terjadi dalam mengurus syuhada perang Uhud. Rasulullah SAW mengutus kepada kabilah-kabilah para penghafal Al Quran dari kalangan sahabat beliau, untuk mengajarkan mereka faridhah Islam dan akhlaknya, kerana dengan hafalan mereka itu, mereka lebih mampu menjalankan tugas itu. Di antara sahabat itu adalah: tujuh puluh orang yang syahid dalam kejadian Bi`ru Ma`unah yang terkenal dalam sejarah. Mereka telah dikhianati oleh orang-orang musyrik.


Dari Abi Hurairah r.a. bahawa Rasulullah SAW bersabda: “Penghafal Al Quran akan datang pada hari kiamat, kemudian al-Quran akan berkata: Wahai Tuhanku, bebaskanlah dia, kemudian orang itu dipakaikan mahkota karamah (kehormatan), al-Quran kembali meminta: Wahai Tuhanku tambahkanlah, maka orang itu dipakaikan jubah karamah. Kemudian Al Quran memohon lagi: Wahai Tuhanku, redhailah dia, maka Allah SWT meredhainya. Dan diperintahkan kepada orang itu: bacalah dan teruslah naiki (darjat-darjat surga), dan Allah SWT menambahkan dari setiap ayat yang dibacanya tambahan ni`mat dan kebaikan”.


Balasan Allah SWT di akhirat tidak hanya bagi para penghafal dan ahli al-Quran saja, namun cahayanya juga menyentuh kedua orang tuanya, dan ia dapat memberikan sebahagian cahaya itu kepadanya dengan berkat al-Quran.


Dari Buraidah ia berkata: Rasulullah SAW bersabda:

Siapa yang membaca al-Quran, mempelajarinya dan mengamalkannya, maka dipakaikan mahkota dari cahaya pada hari Kiamat, cahayanya seperti cahaya matahari, kedua orang tuanya dipakaikan dua jubah (kemuliaan), yang tidak pernah didapatkan di dunia, keduanya bertanya: mengapa kami dipakaikan jubah ini: dijawab: “kerana kalian berdua memerintahkan anak kalian untuk mempelajari al- Quran”.


Kedua orang itu mendapatkan kemuliaan dari Allah s.w.t, kerana keduanya berjasa mengarahkan anaknya untuk menghafal dan mempelajari al-Quran sejak kecil. Dan dalam hadith terdapat dorongan bagi para bapa dan ibu untuk mengarahkan anak-anak mereka untuk menghafal al-Quran sejak kecil.


Ibnu Mas`ud berkata:


“Rumah yang paling kosong dan lengang adalah rumah yang tidak mengandungi sedikitpun bahagian dari Kitab Allah SWT ”.


Dan pengertian kata “ashfaruha” adalah: yang paling kosong dari kebaikan dan berkat. Al-Munziri meriwayatkan dalam kitab At Targhib wa At Tarhib dengan kata: “ashghar al buyut” dengan ghain bukan fa. Dan maknanya adalah: rumah yang paling hina kedudukannya, dan paling rendah nilainya.


Wallahu a'lam